Wednesday, November 18, 2009

Produk Otomotif Indonesia Penembus Pasar Global

Baru saja Trade Expo Indonesia 2009 di Jakarta ditutup. Trade Expo Indonesia dengan tema Indonesia Unlimited atau Indonesia Tanpa Batas bisa dikatakan berhasil dengan mencetak rekor transaksi di atas target yang sudah ditetapkan dan banyaknya buyer luar dan dalam negeri. Komponen otomotif sendiri berada di posisi ke 3 setelah sektor jasa / tenaga kerja dan furniture / mebel dan mencetak nilai transaksi sebesar 19.1 juta dollar USD. Kemampuan komponen dan produk otomotif Indonesia memikat para buyer luar negeri ini sungguh sangat membanggakan.

Berbicara tentang kebanggaan terhadap produk otomotif Indonesia maka sering pula kita mendengar ungkapan,keluhan dan lain sebagainya yang bernada negatif tentang industri otomotif Indonesia. Banyak yang langsung membanding-bandingkan industri otomotif Indonesia dengan negeri jiran Malaysia. Mereka mengkritik tentang tidak adanya produk mobil nasional seperti Proton di sana.

Saya sendiri mendapatkan pengalaman berbeda pada saat kunjungan ke luar negeri. Ketika bertemu dengan orang dari Afrika Selatan,Vietnam,Alzajair dan lain sebagainya mereka langsung bercerita dan menyatakan kekagumannya tentang Kijang,Avanza dan Innova. Tentu saja ini bukan tentang hewan Kijang / rusa tapi Toyota Kijang yang juga ada di negara mereka. Mereka sangat jelas mengingat bahwa Toyota Kijang,Avanza dan Innova adalah keluaran / diimpor dari Indonesia meskipun bermerek Toyota dari Jepang. Ingatan yang kuat seperti ini hanya akan muncul bila impresi dan pengalaman yang ada positif.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang industri otomotif Indonesia maka saya akan memberikan sedikit gambaran tentang industri otomotif Malaysia saat ini yang sering dijadikan pembanding. Baru-baru ini Malaysia meluncurkan Kebijakan Otomotif Nasional ( National Automotive Policy ) yang akan menghapuskan sistem Approved Permit bagi impor kendaraan dari luar negeri,pengurangan bea masuk bagi produk otomotif dan spare partnya dari luar negeri serta upaya menjadikan Malaysia sebagai hub produksi otomotif di kawasan Asia bersaing dengan Thailand dan Indonesia. Ada 2 perusahaan mobil nasional yang dimiliki oleh Pemerintah Malaysia yaitu Proton dan Perodua. Di luar itu masih ada perakit seperti Naza,DRB Hicom dan beberapa perusahaan lainnya. Proton sendiri adalah produsen paling besar yang berdiri 26 tahun yang lalu berdasarkan lisensi teknologi dari Mitsubishi Motors Jepang. Proton saat ini sedang mengalami kesulitan yang dapat dilihat jelas dari kapasitas operasi hanya 50% dari total kapasitas yang ada serta masih diperlukannya proteksi dari pemerintah setempat yang notabene uang rakyat untuk tetap bertahan. Saat ini Proton masih mencari partner asing dan yang diincar saat ini adalah Volkswagen,Renault dan General Motors. Volkswagen sendiri hampir menjadi partner proton pada tahun 2007 tapi diskusi yang ada gagal.

Dari bahasan singkat tentang Malaysia kita akan menfokuskan kembali ke industri otomotif Indonesia. Beberapa pengamat dan pejabat menyatakan bahwa Indonesia tergolong terlambat dan . kehilangan momentum sejarah dalam memajukan program mobil nasional dan kalah bersaing. GAIKINDO ( Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia ) sendiri menyatakan bahwa Indonesia baru sanggup unggul di kawasan ASEAN sekitar 5 tahun lagi yaitu tahun 2015. Industri otomotif Indonesia sendiri dianggap belum benar-benar mandiri karena belum memiliki merek sendiri dan dianggap hanya menjadi perakit / tukang jahit semata-mata. Kita perlu menilik sedikit sejarah untuk lebih mengerti tentang industri otomotif kita. Kembali ke era 1993 ke atas di mana Timor didengung-dengungkan sebagai proyek mobil nasional menyaingi Proton Malaysia. Namun kenyataannya tidak demikian karena yang terjadi adalah impor mobil CBU langsung dari Korea ( KIA Motor ) dengan label Timor. Timor sendiri kita ketahui adalah proyek yang gagal karena krisis finansial dan politik di Indonesia. Di samping proyek Timor ada proyek mobil nasional M3 Maleo di bawah koordinasi Menristek saat itu,Prof. B.J. Habibie yang juga kandas di tengah jalan.

Dari sejarah kelam Timor kita juga perlu tahu bahwa Indonesia sendiri mempunyai banyak contoh perusahaan yang berhasil seperti Astra International,Gadjah Tunggal ,Karoseri New Armada Magelang dan lain sebagainya. Ambil contoh saja Astra. Astra sendiri disamping berhasil memproduksi kendaraan bermotor bermerek Jepang yang berkualitas tinggi bertahun-tahun lamanya ( Toyota, Daihatsu,Nissan dan lain sebagainya ) juga sukses merambah sektor bisnis lainnya seperti pertambangan dan teknologi informasi. Astra juga terkenal sebagai salah satu pencetak manager – manager yang unggul di Indonesia.Di samping itu Astra adalah langganan Most Admired Companies sampai ke level Asia ( Wall Street Journal ).

Prof. B.J. Habibie,mantan Menristek dan Presiden RI baru-baru ini dalam seminar “ Indonesia 2045 : Super Power Baru ? “ di ITB Bandung menyatakan pentingnya riset dan teknologi di dalam negeri untuk meningkatkan daya saing bangsa. Sudah lama Indonesia sadar bahwa ia tidak semata-mata dapat mengandalkan keunggulan komparatif semata-mata di masa depan seperti sumber daya alam,sumber daya manusia dan luas bentang wilayah. Bila Indonesia ingin mencapai status negara maju di tahun 2025 atau sesudahnya maka perlu terdapat lompatan ke depan yang ditandai dengan kehadiran knowledge based economy yang tangguh di pentas internasional dan berlandaskan pada nilai tambah tinggi,daya kreasi serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia. Secara singkat dapat kita katakan penekanan pada keunggulan kompetitif.

Industri alat angkut dan otomotif sendiri diharapkan akan menjadi industri utama di Indonesia dalam kerangka knowledge based economy. Kebutuhan dalam negeri memang tetap akan tinggi namun ekspor produk ini juga sangat diperlukan bagi perekonomian Indonesia yaitu membuka lapangan kerja dan mendatangkan devisa non migas dan non komoditi. Kemampuan menembus pasar global produk otomotif jelas menjadi sangat krusial.

Truk Perkasa,keluaran Texmaco sendiri dapat dijadikan contoh produk yang sukses menembus pasar global meskipun Texmaco kurang sukses sebagai perusahaan karena menjadi pasien BPPN dulunya. Truk Perkasa dengan kandungan lokal mencapai 90% sudah berhasil menembus pasar luar negeri bertahun – tahun lamanya. Truk yang dibuat di 2 pabrik milik Texmaco di Subang dan Kali Ungu,Semarang ini sendiri justru tak banyak berseliweran di jalan-jalan Indonesia meskipun pangsa pasar truknya mencapai 10,000 unit per tahun.

GT Radial sebagai salah satu produk ban Gadjah Tunggal Indonesia sukses menembus pasar seperti Australia,Kanada dan Inggris yang notabene sangat ketat persaingannya. Gadjah Tunggal merupakan salah satu pabrik ban otomotif terbesar di Asia Tenggara ini mempunyai komposisi ekspor mencapai 46% dari total produksinya pada tahun 2007. Di samping itu GT sudah sukses mendapatkan berbagai standarisasi dan sertifikasi internasional seperti E-Mark ( Eropa ), TUV Cert ( Jerman ) dan lain sebagainya sebagai bukti pengakuan dan akan sangat menunjang proses ekspansi internasionalnya lebih lanjut.

Dua contoh di atas adalah segelintir produk otomotif Indonesia yang sudah berhasil menembus pasar global. Namun yang tidak kalah pentingnya sekarang ini adalah bagaimana menciptakan lagi GT Radial – GT Radial atau Truk Perkasa - Truk Perkasa selanjutnya yang bisa diekspor dan bersaing di tingkat global.

Mobil bermerek nasional adalah salah satu produk potensial yang bisa dikembangkan. Kita bisa belajar dari saudara kita di Asia seperti China,Jepang,India dan Korea. Hyundai dari Korea memulai posisinya di tahun 1968 sebagai perakit mobil Ford Amerika. Lambat laun mereka belajar dari Ford dan pada medio 1975 sudah berani membuat sendiri mobil dengan merek Hyundai ( dengan dukungan pemerintah Korea tentunya ). Pada masa-masa awal kebergantungan pada ahli-ahli luar negeri tidak ditekan atau diharamkan tapi justru dijadikan sebagai sumber ahli teknologi. Ahli-ahli dari Jepang,Italia,Inggris dan lain sebagainya didatangkan. Berangsur-angsur kualitasnya diperbaiki hingga kita bisa lihat sekarang ini mobil Hyundai berhasil menembus dan disukai di Amerika,China,Rusia,Indonesia dan berbagai negara lainnya. Ini menandakan keberhasilan mereka memperbaiki kualitas produk seiring waktu dan juga menangkap keinginan konsumen. Capacity building yang ada berjalan secara alami,terarah dan tanpa perlu banyak subsidi negara. Kita tentu saja tidak ingin mensubsidi mobil nasional selama 20 tahun atau lebih hanya demi kebanggaan nasional semu atau persaingan reputasi belaka.

Jepang sendiri dalam perjanjian kemitraaan strategis dengan Indonesia ( JIEPA ) telah berjanji akan memberikan bantuan teknis, melalui pusat pengembangan industri manufaktur kepada perusahaan manufaktur Indonesia untuk memenuhi standar kualitas internasional. Sektor otomotif dan suku cadang menjadi salah satu fokus utama bantuan kerjsama teknis ini. Perusahaan otomotif Jepang seperti Toyota, Honda, Suzuki, dan Daihatsu akan menempatkan Indonesia sebagai pusat produksi untuk beberapa komponen utama yang ditujukan untuk pasar ASEAN. Pusat produksi di Indonesia ini akan terhubung dengan unit produksinya di Negara ASEAN yang lain seperti Thailand, Malaysia, Philipina. Peluang bantuan dan kerjasama teknis dari Jepang ini tentunya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya khususnya lagi dalam kerangka transfer teknologi.

Bila berbicara proyek mobil nasional kita tidak akan lupa dengan keberhasilan India mengeluarkan Tata Nanonya baru-baru ini. Mobil paling murah sedunia dengan bandrol harga 20 juta saja memiliki desain khas dan cocok dipakai di jalanan kota yang padat di India dan negara lainnya. Mobil ini rencananya diproduksi sebanyak 250,000 unit per tahun dengan target menengah untuk dipasarkan di Asia Tenggara,Afrika dan Amerika Latin. Bila Tata Nano berhasil mencapai target ini maka India akan masuk dalam jajaran elit eksportir mobil di dunia sekaligus menyumbang devisa bagi negaranya.

Mobil nasional murah untuk konsumsi dalam negeri dan ekspor saat ini tengah didiskusikan dan coba dikembangkan juga di Indonesia. Paling tidak ada 3 proyek mobil nasional yang berjalan saat ini. Salah satunya adalah mobnas dengan julukan Arina, rancangan tangan-tangan terampil mahasiswa dan dosen dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah. Selain Arina, ada dua proyek mobnas lain yang lebih dulu diperkenalkan, yakni GEA ( Gulirkan Energi Alternatif ) keluaran PT Industri Kereta Api dan Tawon buatan PT Super Gasindo Jaya. GEA dan Tawon merupakan proyek keroyokan yang dikerjakan oleh dua perusahaan itu secara terpisah, bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Mesin yang dipakai untuk proyek-proyek ini murni buatan lokal dan merupakan tanda-tanda menggembirakan. Harga mobil yang murah ( sekitar 30 juta ) dan hemat bahan bakar dapat menjadi nilai lebih dalam persaingan mengaet konsumen.

Trend menggembirakan di mobil nasional dan produk otomotif lainnya sendiri perlu dibantu dan diberikan stimulus oleh pemerintah sehingga suatu saat mimpi mobil nasional bisa diekspor akan menjadi kenyataan. Ekspor mobil yang saat ini sekitar 100.000 unit pertahun sendiri dapat dilipatgandakan di masa yang akan datang. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah yaitu seperti memberikan prioritas pengembangan industri komponen agar menjadi basis produk dan pengembangan desain. Hal ini diperlukan untuk mendongkrak daya saing industri di tengah persaingan global yang makin ketat. Perlu juga adanya integrasi regulasi, pengembangan SDM dan produk menuju riset & development yang sungguhan. Riset & development yang sungguhan akan memberikan jalan bagi mobil nasional dan produk otomotif yang sanggup bersaing tanpa proteksi berlebihan dari pemerintah.

Pembangunan infrastruktur jalan sendiri yang sedang gencar dilakukan akan dapat membantu sektor otomotif di pasar dalam negeri seperti yang sudah dilakukan oleh Malaysia,China dan Jepang . Dengan jalan yang lancar maka kenyamanan berkendaraan akan baik dan orang pun akan berminat membeli atau mencicil kendaraan mereka sendiri.Kemacetan mungkin akan segera timbul sebagai efek samping. Solusi mengatasi macet di kota besar seperti di Jakarta,Surabaya dsb harus dipikirkan bersamaan seperti membangun MRT,monorail dan lain sebagainya. Di sisi lain kehadiran infrastruktur yang baik akan membantu lancarnya ekspor produk seperti pengiriman dari pabrik otomotif ke pelabuhan ekspor.Toyota dan perusahaan lainnya sudah sering meminta kehadiran jalan yang memperlancar ekspor ke pelabuhan Tanjung Priok. Rencana pembangunan pelabuhan khusus ekspor otomotif di Kendal,Jawa Tengah dan Koja,Jakarta pun akan sangat menunjang ekspor mobil CBU & komponen otomotif lainnya. Hal ini kemudian akan membantu pengembangan lebih lanjut wilayah industri di Jabodetabek dan Kendal yang merupakan KEKI ( Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia ).

Pengembangan ekspor di bawah koordinasi Departemen Perdagangan harus diarahkan bukan saja pada pasar tradisional di Asia namun ke Afrika,Timur Tengah,Amerika Latin bahkan ke Amerika Serikat dan Eropa. Malaysia,tetangga kita mempunyai pasar kendaraan berpenumpang terbesar di Asia dengan penjualan kendaraan tahunan mencapai setengah juta unit. Pasar mereka masih terproteksi saat ini tapi seiring waktu harus dibuka juga dan akan menjadi ceruk pasar potensial yang harus terus digarap oleh pabrikan mobil dan komponen otomotif Indonesia.
Saya optimis bahwa produk otomotif Indonesia akan dapat semakin bersaing di masa yang akan datang dengan dukungan pemerintah dan kerja keras semua pihak. Kita tidak perlu takut bermimpi bahwa 15 – 20 tahun mendatang GEA,Arina,Perkasa dan lainnya dapat berseliweran di jalan raya Tokyo seperti mobil Toyota yang saat ini berseliweran di jalan raya Indonesia. Konsep Indonesia Unlimited harus tetap survive selamanya meskipun Trade Expo Indonesia sudah ditutup. Amin !

No comments: