Saturday, November 21, 2009

Antara Jembatan Selat Malaka dan Jembatan Selat Sunda

Akhir-akhir ini ramai diberitakan tentang usulan pembangunan megaproyek jembatan selat Malaka dan selat Sunda. Pendukung / proponen megaproyek jembatan selat Malaka dan Selat Sunda mengemukakan pendapatnya masing-masing di media massa dan berbagai diskusi / pertemuan. Bahkan ada laman yang membahas khusus jembatan Sunda dan mungkin juga jembatan Malaka nantinya.

Jembatan Selat Sunda sendiri direncanakan menghubungkan ujung selatan pulau Sumatera ( secara spesifik provinsi Lampung ) ke pulau Jawa ( secara spesifik provinsi Banten ). Pembangunan jembatan sepanjang 30 km ini diperkirakan akan memakan waktu 10 tahun dan biaya sebesar 100 trilliun rupiah dan Rp 500 miliar per tahun untuk operasional jembatan.Bila dibandingkan dengan jembatan terpanjang di Asia saat ini yaitu jembatan Teluk Hangzhou di China yang berjarak 36 km maka jembatan Selat Sunda sedikit lebih pendek saja. Jembatan Selat Sunda rencananya akan dibuat enam lajur kendaraan, masing-masing tiga lajur dalam satu ruasnya. Jembatan selebar 60 meter ini juga dilengkapi dua jalur pejalan kaki dan jalur darurat. Jembatan ini juga akan dilengkapi dua rel kereta.

Ada beberapa manfaat yang ditampilkan dan ditonjolkan dengan munculnya jembatan ini. Pertama adalah mobilitas dan interaksi antara pulau Jawa dan pulau Sumatera akan jauh lebih baik. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 maka pulau Jawa dihuni 59.19% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah total 203,46 juta. Sementara pulau Sumatera dihuni 20.97% dari total penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 240 juta jiwa dengan persentase di Jawa dan Sumatera yang tidak jauh berubah di banding sensus tahun 2000. Tentu saja potensi penduduk yang sangat besar belum termasuk mobilitas tambahan dari penduduk di pulau-pulau lainnya. Saat ini waktu tempuh dari Jakarta ke Bandar Lampung sekitar 6 jam dengan sambungan feri dari Bakauheni ke Merak. Apabila jembatan ini ada maka waktu tempuh pun akan lebih singkat misalnya saja menjadi sekitar 4 jam saja. 2 jam penghematan untuk satu kali perjalanan akan sangat berarti bagi para pekerja komuter ataupun angkutan ekspedisi barang barang cepat rusak / busuk seperti sayur mayur,buah,daging dan lain sebagainya. Pulau Jawa dan Pulau Sumatera adalah 2 pulau dengan penduduk terbanyak di Indonesia serta merupakan tulang punggung utama perekonomian Indonesia. Pulau Sumatera terkenal akan kekayaan sumber daya alamnya seperti karet,kelapa sawit,batubara,minyak,gas dan lain sebagainya. Sementara pulau Jawa terkenal akan sumber daya manusia yang melimpah,konsumen terbesar,perindustrian seperti tekstil,assembling mobil dsb serta pusat pemerintahan Indonesia yang berada di Jakarta.

Kedua adalah percepatan pertumbuhan di pulau Sumatera dan Jawa. Sumatera Selatan,Riau,Jambi,Sumatera Utara bahkan Aceh yang relatif kaya akan sumber daya alam seperti batubara,gas dan lain sebagainya akan dapat mengirimkan hasilnya ke pulau Jawa sebagai konsumen terbesar secara langsung melalui jalur darat. Sementara beberapa provinsi yang relatif lebih tertinggal yaitu Bengkulu dan Bangka Belitung dapat mengalami percepatan pembangunan. Lampung dan Banten sendiri sebagai tuan rumah dari jembatan ini akan mengalami pertumbuhan yang lebih pesat lagi dari trafik yang melintas di jembatan ini.

Ketiga adalah memperkuat ketahanan dan keamanan wilayah Indonesia. Dengan hadirnya jembatan ini maka otomatis sudah ada 3 pulau yang terkoneksi langsung dengan jalur darat yaitu Pulau Sumatera,Jawa dan Madura. Mobilitas tentara dan polisi Indonesia tentu saja akan lebih baik daripada sekarang yang harus mengandalkan transportasi udara atau laut dengan segala keterbatasannya. Kita tahu bahwa kemampuan alutsista udara dan laut Indonesia masih jauh di bawah kebutuhan sehingga keberadaan jembatan akan sangat memudahkan mobilitas pasukan ataupun polisi lewat jalan darat pada keadaan darurat bencana ataupun perang.

Keempat adalah kepercayaan diri yang cukup besar pada anak-anak bangsa untuk dapat melakukan megaproyek seperti ini yang meningkat tajam dengan suksesnya pembangunan dan operasi jembatan Surabaya Madura ( Suramadu ). Jembatan Suramadu yang mendapat dukungan dana dari China adalah jembatan terpanjang di Asia Tenggara untuk saat ini.

Ada juga pihak-pihak yang tidak mendukung proyek jembatan Sunda dengan berbagai alasan dan motif. Alasan pertama yang sering dikemukakan adalah resiko gempa yang cukup tinggi mengingat Selat Sunda sangat dekat ke daerah patahan dan juga Gunung Krakatau yang masih dapat meletus. Resiko gempa ini perlu dikaji lebih jauh sehingga diharapkan kalau jembatan ini dibangun maka tidak akan membahayakan penggunanya serta dapat digunakan dalam jangka waktu cukup lama tanpa kerusakan berarti ( kita batasi saja 100 tahun ).

Kedua yaitu internal rate of return proyek ini tergolong rendah sehingga sulit menarik investor swasta. Bila pendapatan yang diperoleh investor sebesar US$ 50 juta per tahun untuk penyewaan jalan tol dengan berasumsi bahwa tiap hari jembatan itu dilewati 160 ribu kendaraan. Sedangkan pendapatan sewa fasilitas lain, seperti rel kereta api dan lain sebagainya juga US$ 50 juta per tahun. Dengan asumsi ini maka investasi baru diperkirakan kembali dalam masa 27 tahun. 27 tahun adalah masa yang panjang dan akan sulit menarik investor swasta ke dalamnya.

Ketiga yaitu adanya usulan untuk memperbaiki sistem transportasi laut berbasis jet foil dan feri. Indonesia adalah suatu negara maritim dengan lautannya yang terbentang luas maka wajar saja ada sebagian pihak ingin memperkuat transportasi laut yang ada terlebih dahulu sebelum melangkah ke megaproyek jembatan. Hemat saya untung rugi sistem transportasi laut dan darat perlu dikaji lebih lanjut. Di samping itu keberadaan jembatan tidak akan dapat menghapuskan sama sekali kebutuhan akan transportasi laut yang mumpuni karena kapasitas angkut barang yang lebih besar dan juga sebagai cadangan bila ada gangguan pada jembatan seperti kecelakaan,kemacetan luar biasa,bencana alam dan lain sebagainya.

Keempat adalah Indonesia sudah menandatangani konvensi internasional. Dengan menandatangani konvensi ini maka Indonesia mengakui bahwa ada alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) atau sea line of connection. Konvensi internasional daerah laut mengharuskan selat sunda harus terbuka untuk trafik dunia karena ini menyangkut gerakan maritim dunia. Jadi bila kita membangun sesuatu di Selat Sunda maka harus diyakinkan bahwa semua jenis kapal akan bebas bergerak, termasuk kapal induk dan tanker yang tinggi.

Kelima adalah interaksi ekonomi antar berbagai provinsi justru akan menimbulkan ego dan persaingan antar daerah ( contoh Lampung dengan Sumatera Selatan, Banten dengan Jawa Barat dan lain sebagainya ). Menurut hemat saya maka interaksi ekonomi antar daerah adalah hal nyata dan positif yang tidak bisa dihindari lagi. Persaingan antar daerah untuk lebih maju dan menyerap investasi adalah hal wajar asalkan tidak mengarah pada egoisme kedaerahan dan persaingan tidak sehat. China adalah contoh nyata keberhasilan kompetisi antar daerah menarik investasi khususnya luar negeri sehingga saat ini bukan saja daerah Delta Mutiara ( Guangdong,Fujian dan sekitarnya ),Shanghai atau Beijing yang ramai investasi bahkan sekarang merambah ke Mongolia Dalam dan Xinjiang yang relatif jauh dari tepi pantai dan terisolir dulunya. Namun kita tetap perlu waspada akan bahaya egoisme kedaerahan dan persaingan tidak sehat yang dapat memicu konflik sosial dan juga hadirnya peraturan-peraturan daerah yang tumpang tindih dan saling mematikan.

Bila jembatan Sunda lebih banyak digagas pihak dalam negeri Indonesia maka jembatan Malaka adalah case in point berbeda karena lebih banyak dimotori oleh pihak Malaysia ( dalam hal ini pemerintahan Federal dan negara bagian Malaka ). Berdasarkan penelusuran ide ini pertama kali dilontarkan pada tahun 1995 pada masa pemerintahan Soeharto dan Mahathir Muhammad. Tentu saja proyek ini tidak pernah dilaksanakan karena krisis ekonomi 1997 dan fase pemulihan sesudahnya.

Jembatan Malaka sendiri diusulkan kembali pada akhir tahun 2008 pada suatu acara regional untuk menghubungkan antara Kuala Tinggi,Malaysia ke Dumai,Riau di Indonesia. Untuk biaya diperkirakan menelan sekitar 12.5 miliar dollar AS ( sekitar 125 trilliun rupiah ). Pendanaan sendiri sedang dicari dan tampaknya metoda Private Finance Initiative akan dipakai.

Ada beberapa logika atau justifikasi yang sering dipakai oleh proponen proyek ini. Pertama adalah potensi Sumatera dengan populasi sekitar 50 juta jiwa serta potensi semenanjung Malaysia di mana mayoritas penduduk Malaysia tinggal dan juga pusat utama perekonomiannya ( sekitar 20 juta jiwa atau 80% total populasi ). Potensi tambahan adalah Singapura dengan populasi sekitar 4.5 juta jiwa yang dapat mencapai Kuala Tinggi,Malaysia lewat jalur darat dalam waktu 2 sampai 2.5 jam.

Alasan kedua adalah strategisnya selat Malaka sebagai jalur transit perdagangan dunia. Keberadaan jembatan akan meningkatkan kemampuan kontrol atas selat Malaka oleh Indonesia dan Malaysia. Sekitar 25% barang-barang produksi dunia melintasi Selat Malaka tiap tahunnya. Tentu saja perlu dipikirkan lebih mendalam apakah keberadaan jembatan ini justru tidak akan menimbulkan masalah pada salah satu jalur pelayaran vital dunia ini karena panjang jembatan sekitar 52 km dan ketinggian jembatan yang harus sangat tinggi untuk memungkinkan kapal-kapal besar bisa melintas. Kita tentu saja tidak ingin keberadaan jembatan ini justru menyulitkan atau menutup jalur pelayaran yang vital bagi banyak negara di Asia dan dunia termasuk Indonesia sendiri.

Alasan ketiga adalah jembatan ini tidak akan mengalami bahaya gempa bila dibandingkan langsung dengan kompetitornya saat ini yaitu jembatan Sunda. Menurut saya faktor ini sangat minor dikarenakan teknologi tahan gempa sudah dapat dirancang. Kita dapat belajar dari Jepang dengan teknologi bangunan dan jembatan tahan gempanya yang sangat mumpuni. Kita juga dapat belajar dari China yang sukses dengan jembatan Hangzhounya baru-baru ini.

Ada beberapa isu dan masalah yang akan muncul dengan kehadiran jembatan Malaka ini. Saya akan melihatnya dari perspektif kedua belah pihak yaitu Malaysia dan Indonesia.

Dari Indonesia sendiri isu pertama adalah akan banyaknya wisatawan Indonesia ( khususnya Sumatera ) yang pergi ke Malaysia untuk belanja dan juga turisme medis.Bagi Indonesia ini akan menjadi sumber pengeluaran devisa di samping tidak akan banyak membantu ekonomi dan pembangunan dalam negeri Indonesia sendiri.

Isu kedua yaitu soal pertahanan dan keamanan Indonesia. Baru saja Indonesia sukses mengulung komplotan teroris pimpinan Nordin Mohammad Top yang terkenal dengan pergerakan lintas negaranya. Keberadaan jembatan ini akan sangat memudahkan pergerakan para teroris ke dalam wilayah Indonesia kembali tanpa terdeteksi. Di samping itu bagi Indonesia hubungan Malaysia – Indonesia yang kerap pasang surut ditandai dengan masih adanya klaim produk budaya dan wilayah seperti Ambalat di ujung utara Kalimantan yang kaya minyak maka keberadaan jembatan ini justru dapat melemahkan pertahanan Indonesia. Sumatera adalah bagian penting dari Indonesia. Kedekatan Sumatera dengan Malaysia yang terlalu berlebihan akan dapat membahayakan kesatuan berbangsa dan bernegara baik dalam aspek sosial,ekonomi,politik dan lain sebagainya. Hubungan antara Indonesia dan Malaysia adalah penting tapi hubungan antara Sumatera dengan bagian lain dari Indonesia ( Jawa,Bali,Kalimantan dsb ) jauh lebih penting.

Isu ketiga adalah soal pengelolaan dan mekanisme cost sharing pembangunan jembatan tersebut nantinya. Pemerintah Indonesia sendiri saat ini berusaha membangun infrastruktur yang lebih baik di berbagai pelosok Indonesia seperti jalan tol trans Jawa,jalan lintas Kalimantan,Sulawesi dan lain sebagainya. Kemampuan finansial Indonesia yang terbatas tentu saja memaksa Indonesia harus memprioritaskan proyek yang lebih urgen dan strategis. Hemat penulis maka proyek jembatan Malaka sendiri belum urgen meskipun strategis di masa depan. Hubungan antara Sumatera dan Malaysia sendiri sudah sangat mudah dengan keberadaan feri dan juga transportasi udara ( khususnya Airasia,Firefly dan Garuda )

Isu keempat adalah soal persaingan ekonomi. Tidak dinyana Sumatera memiliki potensi ekonomi sangat besar dengan batubara,gas,minyak,kelapa sawit,karet dan lain sebagainya.Luas lahan yang belum terolah masih banyak. Hutan yang sering terbakar dan mengirimkan asap ke Malaysia dan Singapura juga ada di Sumatera. Potensi tambang batubara dan migas juga masih banyak yang belum terolah. Semenanjung Malaysia sendiri meskipun masih memiliki kekayaan alam seperti kelapa sawit,karet dsb tapi potensi pengembangan lebih lanjut boleh dikatakan terbatas karena keterbatasan lahan. Migas yang ada di lepas pantai timur semenanjung yaitu negara bagian Trengganu dan Kelantan sendiri boleh dikatakan akan segera habis dalam kurun waktu 10 – 15 tahun ke depan apabila tidak ada penemuan ladang minyak dan gas yang berarti. PETRONAS sebagai perusahaan minyak nasional Malaysia sudah bertahun – tahun gencar melakukan investasi di luar negeri sebut saja di Myanmar,Vietnam,Sudan dan sekarang juga di Indonesia. PERTAMINA sebagai perusahaan minyak nasional Indonesia sudah mengalami perbaikan berarti dari segi produksi,reserve dan kemampuan teknisnya tapi kita harus jujur bahwa PERTAMINA masih satu tahap di bawah Petronas sehingga untuk 5 tahun ke depan masih belum dapat bersaing dengan baik khususnya di pengelolaan blok laut dalam dan daerah-daerah sulit lainnya.

Persaingan ekonomi sendiri selalu melibatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia di Sumatera pada dasarnya berlimpah ruah dibanding Malaysia tapi secara keseluruhan kualitas mungkin masih 1 tingkat di bawah Malaysia. Ini dapat dilihat dari ranking HDI ( Human Development Index ) Indonesia yang masih di bawah Malaysia. Berdasarkan laporan HDI tahun 2009 maka Indonesia berada pada rangking 111 sementara Malaysia berada pada posisi 66. Ketertinggalan ini perlu diatasi dulu bila Indonesia tidak ingin mengalami kondisi yang tidak menguntungkan pada era AFTA atau era jembatan Malaka sudah ada di mana jabatan eksekutif dan para direktur di Indonesia akan dipegang oleh orang Malaysia / asing sementara pekerja biasa oleh orang Indonesia.

Bagi Malaysia sendiri ada beberapa isu yang akan muncul. Isu pertama adalah tentang pembiayaan proyek ini. Malaysia sendiri saat ini diguncang korupsi megaproyek PKFZ ( Port Klang Free Zone ) dan proyek-proyek lainnya yang menghabiskan banyak uang negara. Pembiayaan proyek oleh negara masih potensial akan membawa proyek ini menjadi proyek white elephant yaitu megaproyek yang gagal membawa manfaat atau tidak selesai tapi menghabiskan banyak uang. Ada pemikiran untuk menarik biaya tol atas perlintasan kendaraan dan kereta api di atas jembatan ini.Ide ini sudah diaplikasikan di ASEAN Bridge yang menghubungkan Brunei dengan Miri,Malaysia. Perhitungan lebih lanjut dibutuhkan untuk dapat yakin akan feasibilitas dan profitabilitas megaproyek seperti ini. Studi terakhir yang dirilis oleh SOMP ( Straits of Malacca Partnership Sdn. Bhd. ) mengemukakan bahwa trafik kendaraan diperkirakan sebesar 15,000 kendaraan dengan jasa tol diperlukan dalam kisaran 75 USD hingga 85 USD per kendaraan.

Isu kedua adalah banyaknya tenaga kerja ilegal ( 2 juta ) dan legal Indonesia ( 1 juta ) di Malaysia. Sebagian pihak di Malaysia mengkhawatirkan semakin banyaknya pekerja ilegal Indonesia yang akan masuk ke Malaysia lewat jalur jembatan ini. Ketegangan sosial dan kriminalitas pun dikhawatirkan akan naik. Kita maklum bahwa isu tenaga kerja Indonesia di Malaysia bak duri dalam daging yang sering memanaskan hubungan Indonesia – Malaysia.

Isu ketiga adalah persaingan ekonomi. Sebagian kalangan Malaysia mengkhawatirkan bahwa akan banyak orang Malaysia yang akan pergi berlibur dengan berkendaraan pada akhir pekan ke Sumatera ( sebut saja Padang,Bukit Tinggi,Danau Toba dan lain sebagainya. ). Keindahan alam dan kekayaan budaya Indonesia jelas menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan Malaysia. Harga-harga barang dan makanan di Indonesia yang lebih murah akan menambah minat belanja wisatawan Malaysia pula. Jelas ini akan mengurangi belanja dalam negeri di Malaysia.

Saya sendiri berharap paparan singkat di atas dapat menjadi masukan berarti bagi decision maker di Republik tercinta ini. Kajian teknis,ekonomis,strategis pertahanan keamanan,sosial dan lain sebagainya dari megaproyek jembatan Sunda atau Malaka harus dilakukan dengan matang dan melibatkan semua pemangku kepentingan. Kita tidak ingin megaproyek yang hanya memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang punya vested interest / proponen saja tapi harusnya bagi kemaslahatan mayoritas bangsa ini. Kita juga tidak ingin punya megaproyek yang akan menjadi white elephant karena perencanaan dan keberlanjutannya tidak dipikirkan dengan baik.Kita mungkin masih ingat peribahasa ” Biar lambat asal selamat ” yang mengingatkan kita untuk tidak terburu-buru dalam melakukan sesuatu apalagi hal yang sepenting dan sestrategis ini.

Wednesday, November 18, 2009

Produk Otomotif Indonesia Penembus Pasar Global

Baru saja Trade Expo Indonesia 2009 di Jakarta ditutup. Trade Expo Indonesia dengan tema Indonesia Unlimited atau Indonesia Tanpa Batas bisa dikatakan berhasil dengan mencetak rekor transaksi di atas target yang sudah ditetapkan dan banyaknya buyer luar dan dalam negeri. Komponen otomotif sendiri berada di posisi ke 3 setelah sektor jasa / tenaga kerja dan furniture / mebel dan mencetak nilai transaksi sebesar 19.1 juta dollar USD. Kemampuan komponen dan produk otomotif Indonesia memikat para buyer luar negeri ini sungguh sangat membanggakan.

Berbicara tentang kebanggaan terhadap produk otomotif Indonesia maka sering pula kita mendengar ungkapan,keluhan dan lain sebagainya yang bernada negatif tentang industri otomotif Indonesia. Banyak yang langsung membanding-bandingkan industri otomotif Indonesia dengan negeri jiran Malaysia. Mereka mengkritik tentang tidak adanya produk mobil nasional seperti Proton di sana.

Saya sendiri mendapatkan pengalaman berbeda pada saat kunjungan ke luar negeri. Ketika bertemu dengan orang dari Afrika Selatan,Vietnam,Alzajair dan lain sebagainya mereka langsung bercerita dan menyatakan kekagumannya tentang Kijang,Avanza dan Innova. Tentu saja ini bukan tentang hewan Kijang / rusa tapi Toyota Kijang yang juga ada di negara mereka. Mereka sangat jelas mengingat bahwa Toyota Kijang,Avanza dan Innova adalah keluaran / diimpor dari Indonesia meskipun bermerek Toyota dari Jepang. Ingatan yang kuat seperti ini hanya akan muncul bila impresi dan pengalaman yang ada positif.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang industri otomotif Indonesia maka saya akan memberikan sedikit gambaran tentang industri otomotif Malaysia saat ini yang sering dijadikan pembanding. Baru-baru ini Malaysia meluncurkan Kebijakan Otomotif Nasional ( National Automotive Policy ) yang akan menghapuskan sistem Approved Permit bagi impor kendaraan dari luar negeri,pengurangan bea masuk bagi produk otomotif dan spare partnya dari luar negeri serta upaya menjadikan Malaysia sebagai hub produksi otomotif di kawasan Asia bersaing dengan Thailand dan Indonesia. Ada 2 perusahaan mobil nasional yang dimiliki oleh Pemerintah Malaysia yaitu Proton dan Perodua. Di luar itu masih ada perakit seperti Naza,DRB Hicom dan beberapa perusahaan lainnya. Proton sendiri adalah produsen paling besar yang berdiri 26 tahun yang lalu berdasarkan lisensi teknologi dari Mitsubishi Motors Jepang. Proton saat ini sedang mengalami kesulitan yang dapat dilihat jelas dari kapasitas operasi hanya 50% dari total kapasitas yang ada serta masih diperlukannya proteksi dari pemerintah setempat yang notabene uang rakyat untuk tetap bertahan. Saat ini Proton masih mencari partner asing dan yang diincar saat ini adalah Volkswagen,Renault dan General Motors. Volkswagen sendiri hampir menjadi partner proton pada tahun 2007 tapi diskusi yang ada gagal.

Dari bahasan singkat tentang Malaysia kita akan menfokuskan kembali ke industri otomotif Indonesia. Beberapa pengamat dan pejabat menyatakan bahwa Indonesia tergolong terlambat dan . kehilangan momentum sejarah dalam memajukan program mobil nasional dan kalah bersaing. GAIKINDO ( Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia ) sendiri menyatakan bahwa Indonesia baru sanggup unggul di kawasan ASEAN sekitar 5 tahun lagi yaitu tahun 2015. Industri otomotif Indonesia sendiri dianggap belum benar-benar mandiri karena belum memiliki merek sendiri dan dianggap hanya menjadi perakit / tukang jahit semata-mata. Kita perlu menilik sedikit sejarah untuk lebih mengerti tentang industri otomotif kita. Kembali ke era 1993 ke atas di mana Timor didengung-dengungkan sebagai proyek mobil nasional menyaingi Proton Malaysia. Namun kenyataannya tidak demikian karena yang terjadi adalah impor mobil CBU langsung dari Korea ( KIA Motor ) dengan label Timor. Timor sendiri kita ketahui adalah proyek yang gagal karena krisis finansial dan politik di Indonesia. Di samping proyek Timor ada proyek mobil nasional M3 Maleo di bawah koordinasi Menristek saat itu,Prof. B.J. Habibie yang juga kandas di tengah jalan.

Dari sejarah kelam Timor kita juga perlu tahu bahwa Indonesia sendiri mempunyai banyak contoh perusahaan yang berhasil seperti Astra International,Gadjah Tunggal ,Karoseri New Armada Magelang dan lain sebagainya. Ambil contoh saja Astra. Astra sendiri disamping berhasil memproduksi kendaraan bermotor bermerek Jepang yang berkualitas tinggi bertahun-tahun lamanya ( Toyota, Daihatsu,Nissan dan lain sebagainya ) juga sukses merambah sektor bisnis lainnya seperti pertambangan dan teknologi informasi. Astra juga terkenal sebagai salah satu pencetak manager – manager yang unggul di Indonesia.Di samping itu Astra adalah langganan Most Admired Companies sampai ke level Asia ( Wall Street Journal ).

Prof. B.J. Habibie,mantan Menristek dan Presiden RI baru-baru ini dalam seminar “ Indonesia 2045 : Super Power Baru ? “ di ITB Bandung menyatakan pentingnya riset dan teknologi di dalam negeri untuk meningkatkan daya saing bangsa. Sudah lama Indonesia sadar bahwa ia tidak semata-mata dapat mengandalkan keunggulan komparatif semata-mata di masa depan seperti sumber daya alam,sumber daya manusia dan luas bentang wilayah. Bila Indonesia ingin mencapai status negara maju di tahun 2025 atau sesudahnya maka perlu terdapat lompatan ke depan yang ditandai dengan kehadiran knowledge based economy yang tangguh di pentas internasional dan berlandaskan pada nilai tambah tinggi,daya kreasi serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia. Secara singkat dapat kita katakan penekanan pada keunggulan kompetitif.

Industri alat angkut dan otomotif sendiri diharapkan akan menjadi industri utama di Indonesia dalam kerangka knowledge based economy. Kebutuhan dalam negeri memang tetap akan tinggi namun ekspor produk ini juga sangat diperlukan bagi perekonomian Indonesia yaitu membuka lapangan kerja dan mendatangkan devisa non migas dan non komoditi. Kemampuan menembus pasar global produk otomotif jelas menjadi sangat krusial.

Truk Perkasa,keluaran Texmaco sendiri dapat dijadikan contoh produk yang sukses menembus pasar global meskipun Texmaco kurang sukses sebagai perusahaan karena menjadi pasien BPPN dulunya. Truk Perkasa dengan kandungan lokal mencapai 90% sudah berhasil menembus pasar luar negeri bertahun – tahun lamanya. Truk yang dibuat di 2 pabrik milik Texmaco di Subang dan Kali Ungu,Semarang ini sendiri justru tak banyak berseliweran di jalan-jalan Indonesia meskipun pangsa pasar truknya mencapai 10,000 unit per tahun.

GT Radial sebagai salah satu produk ban Gadjah Tunggal Indonesia sukses menembus pasar seperti Australia,Kanada dan Inggris yang notabene sangat ketat persaingannya. Gadjah Tunggal merupakan salah satu pabrik ban otomotif terbesar di Asia Tenggara ini mempunyai komposisi ekspor mencapai 46% dari total produksinya pada tahun 2007. Di samping itu GT sudah sukses mendapatkan berbagai standarisasi dan sertifikasi internasional seperti E-Mark ( Eropa ), TUV Cert ( Jerman ) dan lain sebagainya sebagai bukti pengakuan dan akan sangat menunjang proses ekspansi internasionalnya lebih lanjut.

Dua contoh di atas adalah segelintir produk otomotif Indonesia yang sudah berhasil menembus pasar global. Namun yang tidak kalah pentingnya sekarang ini adalah bagaimana menciptakan lagi GT Radial – GT Radial atau Truk Perkasa - Truk Perkasa selanjutnya yang bisa diekspor dan bersaing di tingkat global.

Mobil bermerek nasional adalah salah satu produk potensial yang bisa dikembangkan. Kita bisa belajar dari saudara kita di Asia seperti China,Jepang,India dan Korea. Hyundai dari Korea memulai posisinya di tahun 1968 sebagai perakit mobil Ford Amerika. Lambat laun mereka belajar dari Ford dan pada medio 1975 sudah berani membuat sendiri mobil dengan merek Hyundai ( dengan dukungan pemerintah Korea tentunya ). Pada masa-masa awal kebergantungan pada ahli-ahli luar negeri tidak ditekan atau diharamkan tapi justru dijadikan sebagai sumber ahli teknologi. Ahli-ahli dari Jepang,Italia,Inggris dan lain sebagainya didatangkan. Berangsur-angsur kualitasnya diperbaiki hingga kita bisa lihat sekarang ini mobil Hyundai berhasil menembus dan disukai di Amerika,China,Rusia,Indonesia dan berbagai negara lainnya. Ini menandakan keberhasilan mereka memperbaiki kualitas produk seiring waktu dan juga menangkap keinginan konsumen. Capacity building yang ada berjalan secara alami,terarah dan tanpa perlu banyak subsidi negara. Kita tentu saja tidak ingin mensubsidi mobil nasional selama 20 tahun atau lebih hanya demi kebanggaan nasional semu atau persaingan reputasi belaka.

Jepang sendiri dalam perjanjian kemitraaan strategis dengan Indonesia ( JIEPA ) telah berjanji akan memberikan bantuan teknis, melalui pusat pengembangan industri manufaktur kepada perusahaan manufaktur Indonesia untuk memenuhi standar kualitas internasional. Sektor otomotif dan suku cadang menjadi salah satu fokus utama bantuan kerjsama teknis ini. Perusahaan otomotif Jepang seperti Toyota, Honda, Suzuki, dan Daihatsu akan menempatkan Indonesia sebagai pusat produksi untuk beberapa komponen utama yang ditujukan untuk pasar ASEAN. Pusat produksi di Indonesia ini akan terhubung dengan unit produksinya di Negara ASEAN yang lain seperti Thailand, Malaysia, Philipina. Peluang bantuan dan kerjasama teknis dari Jepang ini tentunya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya khususnya lagi dalam kerangka transfer teknologi.

Bila berbicara proyek mobil nasional kita tidak akan lupa dengan keberhasilan India mengeluarkan Tata Nanonya baru-baru ini. Mobil paling murah sedunia dengan bandrol harga 20 juta saja memiliki desain khas dan cocok dipakai di jalanan kota yang padat di India dan negara lainnya. Mobil ini rencananya diproduksi sebanyak 250,000 unit per tahun dengan target menengah untuk dipasarkan di Asia Tenggara,Afrika dan Amerika Latin. Bila Tata Nano berhasil mencapai target ini maka India akan masuk dalam jajaran elit eksportir mobil di dunia sekaligus menyumbang devisa bagi negaranya.

Mobil nasional murah untuk konsumsi dalam negeri dan ekspor saat ini tengah didiskusikan dan coba dikembangkan juga di Indonesia. Paling tidak ada 3 proyek mobil nasional yang berjalan saat ini. Salah satunya adalah mobnas dengan julukan Arina, rancangan tangan-tangan terampil mahasiswa dan dosen dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah. Selain Arina, ada dua proyek mobnas lain yang lebih dulu diperkenalkan, yakni GEA ( Gulirkan Energi Alternatif ) keluaran PT Industri Kereta Api dan Tawon buatan PT Super Gasindo Jaya. GEA dan Tawon merupakan proyek keroyokan yang dikerjakan oleh dua perusahaan itu secara terpisah, bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Mesin yang dipakai untuk proyek-proyek ini murni buatan lokal dan merupakan tanda-tanda menggembirakan. Harga mobil yang murah ( sekitar 30 juta ) dan hemat bahan bakar dapat menjadi nilai lebih dalam persaingan mengaet konsumen.

Trend menggembirakan di mobil nasional dan produk otomotif lainnya sendiri perlu dibantu dan diberikan stimulus oleh pemerintah sehingga suatu saat mimpi mobil nasional bisa diekspor akan menjadi kenyataan. Ekspor mobil yang saat ini sekitar 100.000 unit pertahun sendiri dapat dilipatgandakan di masa yang akan datang. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah yaitu seperti memberikan prioritas pengembangan industri komponen agar menjadi basis produk dan pengembangan desain. Hal ini diperlukan untuk mendongkrak daya saing industri di tengah persaingan global yang makin ketat. Perlu juga adanya integrasi regulasi, pengembangan SDM dan produk menuju riset & development yang sungguhan. Riset & development yang sungguhan akan memberikan jalan bagi mobil nasional dan produk otomotif yang sanggup bersaing tanpa proteksi berlebihan dari pemerintah.

Pembangunan infrastruktur jalan sendiri yang sedang gencar dilakukan akan dapat membantu sektor otomotif di pasar dalam negeri seperti yang sudah dilakukan oleh Malaysia,China dan Jepang . Dengan jalan yang lancar maka kenyamanan berkendaraan akan baik dan orang pun akan berminat membeli atau mencicil kendaraan mereka sendiri.Kemacetan mungkin akan segera timbul sebagai efek samping. Solusi mengatasi macet di kota besar seperti di Jakarta,Surabaya dsb harus dipikirkan bersamaan seperti membangun MRT,monorail dan lain sebagainya. Di sisi lain kehadiran infrastruktur yang baik akan membantu lancarnya ekspor produk seperti pengiriman dari pabrik otomotif ke pelabuhan ekspor.Toyota dan perusahaan lainnya sudah sering meminta kehadiran jalan yang memperlancar ekspor ke pelabuhan Tanjung Priok. Rencana pembangunan pelabuhan khusus ekspor otomotif di Kendal,Jawa Tengah dan Koja,Jakarta pun akan sangat menunjang ekspor mobil CBU & komponen otomotif lainnya. Hal ini kemudian akan membantu pengembangan lebih lanjut wilayah industri di Jabodetabek dan Kendal yang merupakan KEKI ( Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia ).

Pengembangan ekspor di bawah koordinasi Departemen Perdagangan harus diarahkan bukan saja pada pasar tradisional di Asia namun ke Afrika,Timur Tengah,Amerika Latin bahkan ke Amerika Serikat dan Eropa. Malaysia,tetangga kita mempunyai pasar kendaraan berpenumpang terbesar di Asia dengan penjualan kendaraan tahunan mencapai setengah juta unit. Pasar mereka masih terproteksi saat ini tapi seiring waktu harus dibuka juga dan akan menjadi ceruk pasar potensial yang harus terus digarap oleh pabrikan mobil dan komponen otomotif Indonesia.
Saya optimis bahwa produk otomotif Indonesia akan dapat semakin bersaing di masa yang akan datang dengan dukungan pemerintah dan kerja keras semua pihak. Kita tidak perlu takut bermimpi bahwa 15 – 20 tahun mendatang GEA,Arina,Perkasa dan lainnya dapat berseliweran di jalan raya Tokyo seperti mobil Toyota yang saat ini berseliweran di jalan raya Indonesia. Konsep Indonesia Unlimited harus tetap survive selamanya meskipun Trade Expo Indonesia sudah ditutup. Amin !

Thursday, August 27, 2009

Up : An Excellent Movie

I just watched a very touching and good cartoon movie,Up last weekend. This movie produced by Pixar ( in cooperation with Disney Group ).

Some people might be curious why I watched cartoon movie,as an adult it must be strange if I like it. I like good movies and so far I believe cartoon movies produced by Pixar always good. They have good stories,humanist,simple,very touching and very good quality of pictures as well.

Up is also the case. It basically told a story of old man,Carl who has unfulfilled childhood dream of adventuring around the world. His dream finally came true only after he was very old and his wife passed away. He travelled to South America using his own house floating in the sky suspended by helium balloons. He is accompanied by a small and cute boyscout,Russell. Russell actually wanted to earn a badge for assisting elderly. The adventure to South America is basically interesting with surprises and the funny part with the appearance of Dug,a talking golden retriever and Kevin,a big female bird.

Overall this movie is good and I would recommend watching it. Up is a movie that can touch and entertain you at the same time !

Friday, July 31, 2009

Role of online citizens in Indonesia

Have you ever heard about the death of Indonesian student in Singapore recently ? David Hartanto Wijaya suddenly became a famous name in Indonesia. FYI Singapore’s coronary court just made decision that the death was a suicide instead of murder / homicide.


Why David’s case can be a so wellknown case in Indonesia or may be in Singapore now ? The reasons I think mainly because Indonesian media put a lot of attention on it and many online citizens actively supporting David’s family to find the truth out of it ( such as Iwan Piliang,Christovita Wiloto,OC Kaligis and thousand if not million of other online citizens ).
Even current Vice Presiden,Jusuf Kalla shows his support and the next Vice President,Boediono also shows his support ( during his recent visit to Singapore ).


What I would like to write not about a debate whether it’s a suicide or not. It remains a secret now ( and may be will forever be ) and I think enough people discussing and investigating for it. Other angle on this side is how online citizens ( in Indonesia ) can be a great advocating group. This trend also can be seen during recent Prita’s case ( which not fully solved yet ).


Indonesian online citizens are so diverse (affiliations,background,motivation and etc. ). Recent fantastic growth on Facebook's membership and usage of Blackberry is a contributing factor on the existence of new Indonesian online citizens group. Many “active” online citizens voice out their opinions and advocating something via Facebook,mailing list and etc. Sometimes the voices are reasonable and apolitical. But sometimes the voices can be so unreasonable and clearly show conflict of interest ( for example supporting strongly and I think blindly one presidential candidate over others ). On David’s case the online citizens managed to unite and direct the opinion in Indonesia that David did not commit suicide and something was wrong here. I won’t comment on this more as I don’t know the full fact of it. There are 2 points I want to show here. The high side of this unifying and directing is the creation of public /national's interest and support on David’s case. The low side of this unifying and directing opinion to one side can be a prejudice and the spread of multiple conspiracy theories.


Well,we'll see more how this trend will develop further in Indonesia. Hopefully it will bring more channels to voice out concern,opinion and etc in this democratic and beautiful country. And hopefully it won’t be hijacked by conflict of interest and other malice intentions on the name of online citizens.

Sunday, July 12, 2009

Infrastructure development in Indonesia

Have you ever heard the news of Suramadu bridge ? suramadu stands for surabaya madura in Indonesia. This bridge is basically the longest and newest bridge in South East Asia. This bridge just recently opened for public.
I won't discuss more on this bridge but would like to discuss more on infrastructure development in indonesia. Comparing to neighbor countries Indonesia clearly is lack of infrastructure in term of quantity and quality. Soekarno Hatta airport had been overcrowded and lack of essential facilities ( clean toilet and etc ) if we compared it with Changi airport,KLIA or Suvarnhabumi. Also massive traffic jams in Jakarta basically shows another lack of infrastructure.
Having good infrastructure is very important to :
a. attract investment especially from overseas
b. better efficiency in the economic process ( less amount of petrol and time wasted and etc. )
c. creating jobs ( infrastructure project can absorb a lot of workers with low qualification so reducing joblessness ).
d. enhance the security and also cooperation among regions

The government has been trying to improve the infrastructure and with the recent election result I believe this efforts will be intensified.
Clearly on my point of view as Indonesian and travelling quite significantly overseas several important and strategic projects need to be initiated by government as follow :
1.Bridge linking sumatera and jawa
Sumatera and Jawa is the two most important and populous islands in Indonesia.
Linking them basically will help the economic and social exchange as well between this two islands in Indonesia.
But again :
a.the distance is quite long
b.techically challenging
c.need massive costs

If I'm not wrong,Tommy Winata,one of Indonesia tycoon sponsored the feasibility study of this Java Sumatera bridge. We'll know the result of it in couple of years though and if it's feasible will be followed by may be 5- 10 years development

2.MRT in Jakarta
currently under study for the 1st link and supported by Japan.
This is one of the way to reduce massive traffic jams in Jakarta.
Bangkok as the city with almost same size and almost the same population already has MRT and also Bangkok Train which helping them to reduce traffic jams.
Clearly Jakarta needs more than 1 link of MRT in the future.

3.High speed rail from Soekarno Hatta airport to Jakarta city center
Currently under study as well. The plan is to link Soekarno Hatta airport to Manggarai station.
Singapore,KL and Bangkok already have this high speed rail link in place with varied quality.
Currently only car,taxi and bus are the option in Soekarno Hatta airport.

4.Highway in Java and Sumatera
As two most important islands in Indonesia it's a must to have more highways ( both quantity and quality ).
It's like a blood vein for economic activity and people movement

5.Highway linking Semarang - Solo - Yogyakarta
I studied in Yogya before so clearly know that this link is important and can be very useful as it will link 3 major cities in central Java.

6.Bigger airport in major cities
Government has started it with airport in Soekarno Hatta ( terminal 3 ),Palembang airport,Kuala Namu airport,Sultan Hasanuddin airport.
But several other cities need bigger airport such as :
a.Balikpapan
as the main entry poin to resource rich province, East Kalimantan

b.Denpasar
as we expect more tourists will come to Bali and Lombok in the future


7. Infrastructure in remote but strategic place
For example : Biak in Papua ( future satellite launching ) ,Morotai nearby Halmahera,Natuna ( oil rich blocks ),Tarakan / Nunukan ( nearby disputed Ambalat block ),Sabang.

8.Double double track rail link in Java and Sumatera
since Java and Sumatera already has the rail link ( Dutch built it before during the occupation period ) so it is easier to improve and add it so that faster train can be utilized. With faster and safer train I'm very sure people will comeback to use it again.

9.Highway linking Surabaya - Malang
If this highway can be built again so the movement is easier,help the economic and of course people then can use suramadu bridge to go to madura island after that.
We can emulate the success stories of highway linking Jakarta - Bandung which clearly make many Jakartans willing to go to Bandung every weekend eventhough it also cause massive jams in Bandung.

10.Ports especially in major exporting areas
For example : Kendal,Central Java; Tanjung Priok,Jakarta;Tanjung Api-api,South Sumatera.


That's just some of my thoughts. I can only say it's very important for Indonesia to improve its infrastructure in the next 5- 10 years to be able to compete with other countries.

Saturday, July 11, 2009

Unique commercial from Air NZ

I just surfed in Youtube and found couple of unique commercials from Air New Zealand. You can type in key words such as : nothing to hide Air NZ,bare essentials of safety from Air NZ and etc. You will get into the link immediately.

I think they are simple,unique and naughty in the good sense. The actors / actresses are basically naked and then covered by body paint. If you don’t take a look on it closely or long enough you might think they wear uniforms but in fact it’s only paint. One of the video actually be played during safety briefing prior to the plane take offs. I bet all the passengers now are very attentive to the video compared to the standard video which mostly ignored by passengers in the past. Great idea Air NZ !. I won’t comment much except view it now as it’s hillarious !!

Revival of Indonesian Defence Industry

Today I just read about the handover of new pansers from PINDAD to TNI ( Indonesian Armed Forces ) . SBY,Indonesian President came directly to witness this handover ceremony. This is a part of order of 154 pansers worth more than 1.127 trilliun Rupiahs.

Worth to know that Indonesia has been developing intensively defence industry since Soeharto’s time under the direction of Habibie,the long time Research and Technology Minister. Under his supervision Indonesia has PAL ( ship building industry ), PINDAD ( related with the army equipment ),IPTN / PT Dirgantara Indonesia ( aircraft ) with quite expansive projects. CN 250 was one of the major achievement of IPTN in the past albeit less success commercially overseas.

Since Soeharto’s toppled down not much news and intensivity anymore towards this 3 strategic defence companies. 2 reasons for this I believe because the economic basically colapsed so state coffers not enough to fund all this expensive but not urgent things ( need to compare it with food,health,education for people ) and the next because the new government then forced to focus solving other urgent problems first such as corruption,security issues and etc.

After a decade Indonesia has basicallly improved a lot so that state coffers recovering and new government then also has solved multiple problems ( Poso,Aceh,education,food and etc. ). Now we can see there’s shift to take care more of this defence companies again after “a bit neglected” for couple of years. Having own defence industry is very strategic as Indonesia,4th populous country in the world need to be self sufficient after experiences in the past taught that buying it from western countries might bring troubles if embargoes imposed for human right or political reasons. Second strategic thing from having own good defence industry is exporting it to other countries. Like it or not Russia still getting a lot of money by selling weapons,aircraft,submarine and etc. It helped them a lot during the economic woes early 90 after the collapses of Soviet Union. Even China now exporting its weapons and etc eventhough it’s more for political reason and increasing its influence / power.

Indonesia Government has shown its support as well to domestic defence industry.Big orders for PINDAD is one of the way to help strategic defence companies. Recently there has been talk as well between BP Migas and PT DI on the cooperation to use more domestic aircrafts and helicopters for the oil and gas industry. I worked in the offshore before so clearly understand that airplane and helicopter really needed for both personnels and equipments transportation to the remote rig site ( offshore or onshore ). Imagine sending people every week to remote location in Natuna. Imagine as well the need to fly in personnels from Jakarta or Surabaya all the way to Papua.Indonesia Ministry of Defence ordered 2 unit of corvets ( so called Program Korvet Nasional ) from PT PAL. It is going to cost around 8 trilliun Rupiahs to finish this 2 units.

Final word from me : Congratulations to PINDAD,PAL and PT DI. Hopefully can be more successful in the future.

Friday, July 10, 2009

Pyramid Scheme Bisnis 5 Milyar

Several of my friends recently sent invitation to me via Facebook to join Bisnis 5 Milyar. Bisnis 5 Milyar means 5 Billion Rupiahs Business. It can be checked here http://www.bisnis5milyar.com/ ( only available in Indonesian ).

My intention to write here not to support it but clearly opposing it. This website clearly offers a pyramid scheme. If you see TV everyday or read newspaper you will at least hear about Ponzi and Madoff Scheme. Both scheme are typically ilegal pyramid scheme which managed to cheat and deprived thousands if not million of people lives.In fact I wrote about another MLM scheme as well on February 2007.

This Bisnis 5 Milyar claims that no last member for this scheme. If you create a pyramid with double multiplication then soon or later it will need more people than currently in this planet ( 6 billion people by last account ). The payment made by new member looks very little,only 180,000 Rupiah ( 18 USD).The scheme itself gives 50,000 Rupiahs ( 5 USD ) to the webmaster whom I believe acting as the "pharaoh" or "king" of this scheme. The 1st level will get 50,000;2nd level get 10,000;2nd level get another 10,000;3rd level get 10,000;4th level get 10,000 and 5th level get 50,000 ( another "pharaoh" in this scheme ). From the money distribution we can easily see that who will benefit the most from this scheme. First rank is the webmaster. 2nd rank will be the highest rank after this webmaster.
The website also claims that you will get e-book worth more than 180,000 Rupiahs. I don't know what type of e-book they are offering. But I believe there are many free e-books around in the internet which can be got free of cost,instead paying 18 USD to get it.

On the 180,000 Rupiah for membership it is not small amount of money in Indonesia though. For some people it can be enough for one week cost of living.With large amount of people in Indonesia even if the scheme only getting 1 million member then the webmaster can get easily 50 billion minimum after couple of years. It's more than enough to enjoy rich live overseas and abandon this scheme after that.

The pyramid scheme like this usually will end up in 3 ways.
1.The membership run dry
When the lowest rank can not get more people to be a member then the problem started.
No money circulated around anymore. Soon or later the scheme will be abandoned or forgotten.

2.The pharaoh or king of this scheme run away
After collecting large amount of money the king of this scheme will simply run away,abandon whole members under him / her and enjoying his / her good lives somewhere else

3. Being stopped by police
In many occasion police will stop them,usually a bit late. But better late than never as some money still can be recovered,some people will get punished and can save potential members from being cheated

So final conclusion from me : Please don't join this type of pyramid scheme. Be careful and don't get cheated by it eventhough if it's small amount of money.

Thursday, July 09, 2009

Good News From Indonesia

There’s one new website which struck and amazed me since first time : http://goodnewsfromindonesia.com. I know this website from one of the mailing list recently.


After a decade become a sickman of Asia,Indonesia has became underestimated and even insulted by other countries ( including the neighbor also ). The medias tend to report only the bad and negative things in Indonesia such as corruption,plane went down,demonstration,crime and etc. The overemphasize of media on this clearly creates perception gap in overseas as well. Many people become afraid ( too afraid I think ) to go to Indonesia. What I meant as perception gap here is there’s clearly a big gap between what people think and what really happen in Indonesia. People tend to forget simple statistics such as Indonesia has 240 million people,large area and developing democratic country itself. If we hear 10 car accidents in Indonesia each day,is it really that much ? By absolute number certainly higher than smaller countries such as Brunei or Singapore but percentagewise most probably almost the same or a bit higher. Other easy examples was plane accidents in Indonesia around 2 years ago. There were couple of plane accidents in a row which caused EU immediately banned Indonesian airlines from flying over their airspace. Is it that bad ? I can say it’s bad to have accident but you need to start counting number of flights performed in Indonesia daily. With so many cities and airlines serving the Indonesian airspace can be easily hundred,if not thousand of flight performed,do we hear accident every day or every week ?.


Now I’ll come back again on this website which should be my main writing focus now. This website has good graphical content and arrangement. I don’t know who’s the admin or owner of this website but they certainly have good idea and looks like it get updated quite quickly. From this website we can see that Indonesia is also good and has multiple achievements in sport,technology,economic even sexiest female politician. It even give you chance to share your own good news on Indonesia to other readers. So instead become mentally negative after reading the biased media all the time I would recommend reading this as well to have a balanced view. Happy reading !!

Fake HP Spare Parts

I just came back yesterday from HP Service Centre Malaysia ( in Jalan Gelengang,KL ). I just found out that both my power adaptor and battery are fake one. Sad story ya 

A bit of story on this. I bought my power adaptor in Kuala Belait late last year. Do you know where Kuala Belait is ? Kuala Belait is a small town in Brunei,basically an oil town. It’s nearer to Miri instead to Bandar Seri Begawan,the capital. Having computer problem in this small and quiet town could be a very complicated problem. I had to go to the computer store there ( in fact 1 of the best stores there out of several other choices ). This “ X “ store then had to order it from somewhere ( KL according to them ) and I ended have to wait for about 3 weeks to get it.Guess what ? I got a fake one with the price of genuine one . Be very careful guy as a lot of fake power adaptor are in the market. There’s one and in fact very easy differentiator between fake and genuine one. Genuine power adapter from HP has no light indicator. Meanwhile most ( if not all ) of the fake one have it.

How about the battery ? I bought it in Sungai Wang Plaza,in fact the store got it from Low Yat Plaza,the famous place to buy IT stuffs in Kuala Lumpur. The battery turned to be a fake one as well. When I bought it actually I was already suspicious as there’s made in china sign and also no HP mark on it. The battery ran smoothly only for 1- 2 weeks and after that it works like flashing lights ( sometimes it can be charged and sometimes can’t ).

The combination of this 2 spare parts caused my computer ran very slow even if I only ran MS Word or Winamp. Based on HP Engineer,the power adaptor might cause the motherboard to run very slow. In return the whole computer ran very slow.

Anyway it’s all only story now as I finally have the new power adaptor and battery. My computer come back to normal and I now can work easily with it. Just a lesson learn that we need to be careful with fake spare parts as it might cause more horrendous problems than what we might expect.

Tuesday, July 07, 2009

Taxi services in South East Asia

After constantly travelling in and out in several SEA ( South East Asia ) countries I am interested to make a quick and easy overview on taxi services among countries in SEA. I would include Malaysia,Singapore,Indonesia,Vietnam,Thailand,Myanmar and Brunei. I left Laos,Cambodia and Philipines out of this list as I never go to this 3 countries so can’t make any objective and direct observation.

I would start from Indonesia first and taking the samples from Jakarta and Bali. In Jakarta and Bali basically the famous brand is Blue Bird and its group ( Silverbird,Goldenbird and etc ). Outside of this many taxi companies are around with variety of quality. In Indonesia you can easily differentiate between good taxis and bad taxis. What I mean as good taxi here is the Aircon working fine,the driver use meter and the service attitude is there ( they don’t try to make more money by driving you around several more kilometres ). Bad taxi practically means the opposite of this ( broken aircon,no meter,bad smell and no service attitude at all ). It’s general knowledges that you don’t use bad taxis if you don’t want troubles. Good taxi brands in Indonesia are such as Blue Bird ( blue color with very specific symbol but be careful that some bad taxis use this blue color intentionally albeit with different symbol ),Gamya ( green color with specific symbol as well ),Express ( white color and has cheaper meter rate ) and several other brands. Comparing the amount of good and bad taxi in Indonesia I can say that good taxi has much higher percentage compared to the bad taxis.

Second country for comparison is Malaysia. I would take the sample from Kuala Lumpur and Miri. In Kuala Lumpur it can be quite annoying experience. From airport you won’t have any problem as practically only 1 taxi company operating from KLIA ( airport limo ) and another taxi company operating from LCCT ( the Airasia budget terminal ). Your experience will only start once you’re inside KL and the suburb of it. Many of the taxis basically don’t want to use meter especially if they know you are foreigners,refuse to go to some destinations if they expect traffic jam,charging more for opening the trunks or during rainy time and etc. How can we differentiate between good and bad taxis ? I can say it’s a bit difficult and tricky part here. To be honest I can’t differentiate it. The only way to work it out is by knowing and storing as much as possible the phone number of trusted taxi drivers and call them if you need them. Of course you still need to give them some tips,but it’s better than getting ripped off by crooked taxi drivers. The amount of good and bad taxis in KL is quite balance I think. In Miri basically no meter being used at all. There’s common rate used by all driver. Let see if you want to go from a hotel to a mall over there then the driver will charge you with that common rate ( which already expensive ). You have no choice here as all the drivers follow this common agreement.

Third country for comparison is Singapore. Singapore is quite expensive place to stay. Using taxi can be a quite luxury as you have MRT and bus as good alternatives. However almost all the taxis in Singapore are good ( use meter,clean,aircon working,better service attitude ). Very small percentage of taxis in Singapore can be bad such as hiding to wait for midnight rate and etc. Overall I can say the good taxi has much higher percentage here.

Fourth country for comparison is Thailand. I would use the taxis in Bangkok as sample. Taxis in Bangkok are abundant and has different color on the car body to differentiate as well. I can say most are quite good ( use meter,clean,don’t try to cheat you and etc. ). However you’ll find small percentage of crooked taxi drivers. As a main tourism destination many foreigners flock in to Thailand. Taxi driver might try to cheat you by advising you to go to “ Chinese cultural center “,”best gem shop “ or “ massage parlour”. Be extra careful when taxi driver politely advising you to do this as simply Chinese cultural center can easily mean a store selling expensive Chinese vases which you might not want to buy and see in Thailand. But why the taxi driver even bother to bring you there ? Simple,they get commision for bringing the people. Overall I still think the taxi services in Thailand is quite good.

Fifth country for comparison is Vietnam. Vietnam is a fast growing country and also with heavy dollarized economy. USD is highly valued here beside Vietnam Dong. So far from my experience there are two good and recommended taxi companies there ( Maylinh and Vinasun ). Good and recommended because you will have less proability to be cheated as the control from the company is stronger and the car condition is good ( sedan or Toyota Innova ). The rest of the taxi companies are in grey area. Some taxi drivers from this “ grey area “ companies might try to cheat you,don’t use meter and etc. Don’t be afraid with all the threatening remarks from the taxi driver if you’re sure you’re right. I never see so far a violent taxi driver. Even if they try to cheat you,if they can’t get it they’ll just leave and looking for next victim.

Sixth and last country for comparison is Brunei. Brunei is a small and rich country surrounded by Sarawak and Sabah. Basically taxis are not abundant here as most of the people have their own cars. However taxis are present in Kuala Belait,Seria,Tutong and Bandar Seri Begawan. Most of the drivers are ok eventhough they don’t use meter. They just tell you in advance how much the cost for a ride and if you agree they’ll bring you straight away to the destination. As car is cheap here so the car used for taxi is relatively good as well. I can say high percentage of taxi is good.

The overviews I made above purely are based on my personal experiences and view. There’s no hidden intention behind it and hope it can be helpful as well.

Long time hibernating

It has been quite sometimes that I never write or post anything into this blog ( in fact from early 2007 ).Work and family commitment really forced me to hibernate a while. I just come back from this long hibernation and plan to write again whenever any interesting idea / news passing by or simply whenever I have time and internet access.So hopefully my new and regular postings will bring another enriching colour to already busy internet spaces and blogs.

Indonesian General Election

Tomorrow,8th July will be another important day for Indonesian all over the world. It’s the presidential general election day. After Soeharto’s toppled down 11 years ago Indonesia has been transforming a lot and become the 3rd largest democratic country in the world ( after USA and India ). This will be the 3rd general election after 1999 and 2004 but practically the 2nd time Indonesian can choose directly their president and vice president.
There are 3 candidates for 2009 election ( Megawati – Prabowo,incumbent SBY – Boediono and JK – Wiranto ). All the formal campaigns already ended. Heated debates already passed. Black campaigns also already flied around. Many survey institutions ( or we can say it as companies ?? ) published their polling results already. Some said that Megawati will win,some said that SBY will win and some said that JK will win. Again this are all parts of democratic process.
The big question now is who will win tomorrow. As Indonesian myself I can only guess but I hope and pray whoever win then he / she will bring the betterment of the whole nations ( economic,security,social,less corruption and etc ). I also hope that whoever loss will accept it so the whole nation can move forward together again as 1 Nation.
So final closing mark from me is Happy Election Day tomorrow !!

TREE Programme in Germany

TREE Project: Committed to accelerating the implementation of Renewable Energy and Energy Efficiency globally

Active involvement of Indonesian industrial and governmental participants

Berlin, 09/03/17 - Indonesia has a huge potential for renewable energy sources. Nevertheless, the proportion of renewable energy used in the overall energy mix is only about 5% at present. Through its National Energy Policy, the Indonesian government has set itself the goal of increasing this proportion to 17% by 2025. The current low utilization of renewable energy has several causes, including high investment costs, building, lack of financial support, lack of local manufacturers for renewable energy equipment and shortages of professional resources.

The removal of the latter obstacle is the aim of the TREE project (Transfer Renewable Energy & Efficiency), initiated by the Renewables Academy (RENAC) in Berlin. A total of 300 engineers and decision makers from 14 countries – among them Indonesia - are currently attending one-week seminars in Berlin, in order to train in renewable energy and energy efficiency. TREE is funded by the International Climate Protection Initiative of the German Ministry for the Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety. As a provider of continuing education on renewable energy, RENAC specializes in spreading German know-how internationally. Germany belongs to one of the few countries that already have many years of experience in this field. "From the TREE course I expected to gain knowledge about renewable energy from the cutting-edge technologies implemented in Germany." says Marlina Pandin, TREE participant from the Agency of Research and Development for Energy and Mineral Resources at Indonesia's energy ministry. Similarly Herman Huang, Business Development Manager of Shell Technology Venture: "My expectation was to know the latest trends and knowledge of renewable energy."

In addition to the technical training in the RENAC training center, where solar thermal, photovoltaic and energy efficiency components from leading German manufacturers are available for practical exercises, political and economic strategies are taught to the participants. Marlina Pandin: "The TREE seminar has helped me to understand not only the technological aspects of RE, but also various aspects such as funding, culture and global and local issues in developing and implementing RE". "I am really interested in the Feed-in Tariff which has been successfully implemented in Germany" was the motivation for participating in TREE given by Andriah Feby Misna from the Indonesian Directorate General of Electricity and Energy Utilization, Ministry of Energy and Mineral Resources.

Andriah Feby Misna is also responsible for promoting the energy efficiency and conservation program (EE & C) in Indonesia in the New-Renewable Energy and Energy Conservation Directorate. "My expectations from TREE are enhancing my knowledge on Energy Efficiency (...); in general, developing countries still use energy inefficiently" she says, explaining her interest further. The energy saving potential in Indonesia has been estimated at 10-30%. The subject of energy efficiency in buildings and in industry and commerce are other topics on the TREE agenda.

The TREE knowledge transfer does not end with the seminars in Berlin. Within the project's context, a global network is being established, in which energy experts from 3 different continents are represented. There is also the opportunity to further participate in distance learning. In April/May, in-depth seminars will be offered again in Berlin. "This training is very useful for our broader knowledge and for improving our capability in Renewable Energy and Energy Efficiency", was the assessment of the seminar from another participant from Indonesia at the end of his stay in Berlin. Herman Huang, will be starting his own company in Indonesia in the near future, focusing on renewable energy projects: "A project like TREE increases the economic and social exchange between Indonesia and Germany."

Further information: www.tree-project.de; www.renac.de; contact me by e-mail